Kamis, April 10, 2008

Makan Nasi Hanya Boleh 100 Gram

''Tak usah terlalu dipikirkan. Santai aja. Yang penting nasi dikurangi.''

''Kalau ayah bisa makan nasi di takar begini terus, nanti kalau dikasih banyak, bisa-bisa nolak. Kan jadi terbiasa.''

Kalimat pertama dari mak. Dia sudah sukses membuat papa, turun glukosanya. Kini, dia yang kasihan lihat papa, yang sangat tahan berpantang makan gulai apalagi rendang. Maklum, kami yang melayu, makanya memang seperti itu, ada santan.

Kalimat kedua, itu istri saya. Tentu saja dia sudah mendapatkan pesan dari mertuanya (mak saya). Sejak awal, memang istri saya wanti-wanti soal makan nasi. Karena itu, setelah diperiksa glukosa saya tinggi (sedang puasa 155 dan tidak puasa 190), dan disebut dokter Danang sebagai calon penderita diabetes (lihat blog ade-syahlan.blogspot.com), maka, niat untuk sedikit makan nasi, jadi fokus sekarang.

''Timbang ke rumah Buk Yugus dulu. Berapa banyaknya 100 gram.'' Istri membawa piring dan mangkok kecil. Selanjutnya, dia sudah tahu takaran nasi untuk saya. Setiap kali makan, mulai dari pagi, makan siang hingga malam, masing-masing saya ditakar 100 gram untuk nasi.

Sedangkan yang lain, hanya dibatasi, tidak banyak. ''Goreng-gorengan boleh. Tapi dikit. Satu aja, misalnya tahu. Minum teh juga boleh, tapi gulanya dikit. Lebih baik lagi gulanya tropicana.'' Istri saya, membuat peraturan.

Tapi memang, meski sudah sarapan pagi (sekitar jam 7 kurang), saat jam 10, perut sudah terasa lain. Utamanya hari kedua saya mulai ''bertakar ini''. Tapi saya tetap merasa beruntung. Karena saya bukan perokok, jadi kurang suka kopi. Dan juga tak senang teh. Saya ngeteh jarang sekali. Nah, nasi itulah yang sering banyak.

Hm...mm...saya siap-siap pulang dulu ya. Perut sudah makin melilit nih, meski tadi ada teman kantor bawakan tahu dan tempe goreng, karena dia melewati gorengan dekat Kantor Camat Lubukbaja tadi.

Doakan ya, saya berhasil melewati diet makan nasi ini....

Tidak ada komentar: